Kronologi Bentrokan 15 WN China dengan TNI di Lokasi Tambang Emas Ketapang

15 WN China Bawa Sajam Serang Anggota TNI dan Rusak Kendaraan Tambang di Ketapan Kalbar, (Foto: Dok. Lambetura)

PARBOABOA, Jakarta - Ketegangan serius terjadi di kawasan pertambangan emas PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM), Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), pada akhir pekan lalu.

Peristiwa ini menyita perhatian publik setelah terungkap bahwa sedikitnya 15 Warga Negara Asing (WNA) asal China terlibat dalam aksi keributan yang berujung pada penyerangan terhadap anggota TNI, perusakan kendaraan perusahaan, serta penggunaan senjata tajam dan airsoft gun.

Insiden yang berlangsung pada Minggu (14/12) sore itu tidak hanya memicu kekhawatiran soal keamanan investasi dan aktivitas pertambangan, tetapi juga menyorot persoalan pengawasan tenaga kerja asing dan stabilitas keamanan di wilayah sumber daya alam strategis.

Kapolsek Tumbang Titi, Iptu Made Adyana, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Ia menegaskan bahwa hingga Minggu (14/12) malam, kondisi di lokasi kejadian telah kembali terkendali.

“Sampai dengan saat ini situasi kondusif,” jelas Iptu Made Adyana, Minggu malam, seperti dikutip dari detikKalimantan.

Meski demikian, kondusifnya situasi tidak serta-merta menghapus rangkaian kejadian serius yang terjadi sebelumnya, termasuk penyerangan terhadap aparat negara dan kerusakan aset perusahaan.

Hingga Minggu malam, pihak kepolisian menyebut belum menerima laporan resmi dari PT SRM terkait perusakan dan penyerangan tersebut.

“Belum (buat laporan),” kata Iptu Made.

Ia menambahkan bahwa manajemen PT SRM masih berkoordinasi dengan tim pengacara untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.

Kondisi ini menimbulkan spekulasi publik terkait proses penegakan hukum terhadap para pelaku.

Drone Misterius di Area Tambang

Penjelasan rinci kronologi disampaikan oleh Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan. Ia mengungkapkan bahwa insiden bermula di Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi, sekitar pukul 15.30 WIB.

Saat itu, anggota pengamanan sipil PT SRM tengah menjalankan tugas rutin. Mereka melihat adanya aktivitas penerbangan moda nirawak (drone) di sekitar area perusahaan, yang dinilai mencurigakan mengingat lokasi tersebut merupakan objek vital perusahaan tambang.

Sekitar pukul 15.40 WIB, anggota pengamanan perusahaan bersama anggota TNI bergerak menuju titik penerbangan drone, sekitar 300 meter dari pintu masuk PT SRM, dan mendapati empat WNA China yang diduga sebagai operator drone tersebut.

Imran menjelaskan bahwa keberadaan anggota TNI di lokasi bukan dalam rangka pengamanan khusus, melainkan karena sedang menjalani kegiatan LDS (latihan dasar satuan).

“Ada lima anggota TNI dari Batalyon Zeni Tempur 6/Satya Digdaya (Yonzipur 6/SD) Anjungan yang ada di lokasi. Mereka sedang kegiatan LDS di PT SRM,” beber Imran.

Saat anggota pengamanan perusahaan melakukan pengejaran terhadap pilot drone, kelima anggota Yonzipur 6/SD tersebut ikut bergerak, sehingga total terdapat enam orang yang melakukan pengejaran.

Situasi berubah drastis ketika, secara tiba-tiba, sebelas WN China lainnya datang ke lokasi.

“Saat anggota pengamanan kami dan anggota TNI turun dari kendaraan, tiba-tiba datang sebelas WN China lainnya. Mereka membawa empat bilah sajam [senjata tajam] dan air softgun, serta alat setrum,” kata Imran.

Tanpa banyak peringatan, kelompok WN China tersebut langsung melakukan penyerangan terhadap enam anggota pengamanan dan TNI.

Karena kalah jumlah dan untuk menghindari benturan yang lebih besar, para anggota memilih mundur dan berlari ke area perusahaan.

“Yang jelas, kejadian ini terjadi setelah pihak kami mengejar pilot atau orang yang menerbangkan drone. Motif menerbangkan drone atau penyerangan belum diketahui,” ujar Imran.

Akibat serangan tersebut, lima anggota TNI dilaporkan menjadi korban penyerangan, meski tidak dijelaskan secara rinci tingkat luka yang dialami.

Tak berhenti pada penyerangan fisik, kerusuhan juga berujung pada perusakan aset perusahaan.

“Dalam aksi penyerangan ini, satu mobil dan sepeda motor perusahaan kami dirusak oleh WN China,” kata Imran.

PT SRM mengalami kerugian materiil akibat kerusakan berat pada kendaraan operasional tersebut.

Pihak keamanan perusahaan juga telah mengamankan satu bilah senjata tajam sebagai barang bukti dan segera menghubungi Polsek Tumbang Titi.

“Sudah ada anggota polsek yang datang untuk mendalami kejadian,” tambahnya.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS